BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah Bimbingan dan Koseling sudah sangat Populer dewasa ini, bahkan
sangat penting peranannya dalam system pendidikan kita. Ini semuanya terbukti
karena Bimbingan dan Konseling telah dimasukkan dalam Kurikulum dan bahkan
merupakan cirri khas dari kurikulum SMP dan SMA/SMK tahun 1975, 1984, 1994,
2004, dan KTSP di Seluruh Indonesia.
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponin dari pendidikan kita,
mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan
tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya
di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika
dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang
bertujuan mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan
kemampuannya). Kepribadiannya menyangkut masalah prilaku atau sikap mental dan
kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat kepribadian
dan kemampuan yang dimiki seseorang merupakan sauatu gambaran mutu dari orang
bersangkutan.
Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarangpun, dalam prakteknya
masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling cenderung
bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatan kuratif, yakni hanya
berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan
di sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang
mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik paling
banyak 5 hingga 10 (5% - 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak memiliki
masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan dan
konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan sering
dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah.
Ada anggapan bimbingan dan konseling merupakan “Polisi Sekolah”, tempat
menangkap, merazia, dan menghukum para peserta didik yang melakukan tindakan
indisipliner.
Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai “Keranjang
Sampah” tempat untuk menampung semua masalah peserta didik, seperti peserta
didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh, menentang guru dan
sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti itu sebenarnya dapat diantisipasi dan
diatasi oleh para guru mata pelajaran atau wali kelas dan tidak perlu
diselesaikan oleh guru Pembimbing/Konselor.
Dari hal itu sangatlah
gamblang dan jelas bahwasannya, perlu adanya rumusan rumusan dan ruanglingkup
serta orientasi yang jelas dari Bimbingan dan Koseling
(BK) karena diakui atau tidak Bimbingan dan Koseling merupakan salah satu hal yang urgent dalam
konteks Dunia Pendidikan di manapun, tapi mungkin metodenya juga disesuaian
dangan taraf dan Problem yang tersandung pada Klaien. Dalam hal ini kemampuan
Konselor juga sangat dituntut seprofesional mungkin, mengingat Klaien yang akan
di Bimbing dan di Konsol mempunyai Delematika dan Masalah yang berbeda beda,
dalam hal ini Konselor adalah orang yang bertanggung jawab pertama kali di area
sekolah atau di Institusi, sehingga anggapan dan hopotesia yang berkembang akan
Bimbingan dan Koseling di mata peserta
Didik sebagai tempat yang “Menyeramkan” akan lamabat laun mulai terkikis
setidaknya dapat diminimalisir.
Golongan Masyarakat yang
mendapat perhatian utama dalam gerakan Bimbingan ialah generasi muda. Kenyataan
ini tidak mengherankan karena terutamalah generasi muda yang menghadapi tugas
mengembangkan diri disemua aspek kehidupannya. Beraneka lembaga pendidikan
sekolah bertugas menghadapi generasi muda dalam menyelesaikan tugas
mengembangkan dirinya.
Dalam kaitannya Bimbingan
dan Koseling dengan institusi dan
sekolah sekolah, baik itu formal ataupun non formal akan sangat berdampak
terhadap nilai nilai yang nantinya akan tertanam dalam sanubari perserta didik,
karena sebagaimana kita ketahui bahwa Output dari Institusi atau sekolah
sekolah yang akan meneruskan estafet bangsa kita “Himmatur Rijal Tuhkrikul
Jibal”, inilah perlunya akan Bimbingan dan Koseling dan Konseling, sehingga segala aspek dan hal
hal yang terkait dengan Bimbingan dan Koseling
sangatlah penting, termasuk kejelasan Ruang lingkup serta
Orientasi-orientasinya. Seburuk dan seberat apapun Problematia yang di alami
peserta didik pada akhirnya para Konselor harus sedikit menengadahkan hatinya
bahwasannya Manusia itu pada Dasarnya adalah mahluk Pedagogik. Innama
Yakhruju Minal Qolbi Yadkhulu Alal
Qolbi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan bebrapa
factor serta kajian secara factual dalam
latar belakang diatas, maka perlu adanya konsep serta rumusan masalah
yang jelas seraya berkesinambungan terkait dengan Judul makalah yang kami angkat,
yaitu Orientasi Orientasi dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, maka dari itu penulis tertarik untuk merumuskan hal hal yang
berkaitan dengan judul makalah tersebut sebagaimana berikut ;
a. Bagaimanakah Orientasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
b. Bagaimanakah Ruang
Lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Penulisan
Makalah ini diharapkan unutuk ;
a. Untuk mengetahui
Orientasi Orientasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
b. Untuk mengetahui Ruang
lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pelayanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan
terhadap sasaran layanan, baik dalam format individual maupun kelompok. Yang
sering menjadi pertanyaan ialah hal hal apakah yang menjadi pusat perhatian
atau titik berat pandangan Konselor dalam menyelenggarakan Bimbingan dan
Konseling itu ? Hal inilah yang menimbulkan konseptentang Orientasi Bimbingan
dan Konseling. Dalam bab ini dibahas tiga orientasi, yaitu orientasi
perorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan.
Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang
baru dimasuki konsel, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli
dilingkungan yang baru. Tujuan pelayanan orientasi ditunjukkan untuk siswa baru
dan untuk pihak – pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan
pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan
sekolah yang baru dimasuki.
Dalam hal ini Prof.
Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs. Erman
Amti dalam Bukunya Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 2004, sangatlah
Komprehensip dalam merumuskan titik Point Orientasi – Orientasi serta ruang
lingkup Bimbingan dan Konseling, tidak ketingglan pula akan membicarakan ruang
lingkup kerja Bimbingan dan Konseling, yaitu daerah tempat dilaksanakan
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan dengan orientasi perorangan,
perkembangan dan permasalahan itu diselenggarakan didalam ruang lingkup Sekolah
dan diluar Sekolah.
Lebih lanjut,
Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed
dan Drs. Erman Amti lebih
menjabarkan lagi akan ulasan tentang Orientasi dan ruang lingkup Bimbingan dan
konseling di Sekolah dengan beberapa Konsep – Konsep Pokok sebagai berikut :
Konsep – Konsep Pokok
Konsep-Konsep Pokok
yang perlu dipahami dan didalami lebih lanjut sebagai berikut :
·
Orientasi Perorangan (Individu)
·
Orientasi Perkembangan
·
Orientasi Permasalahan
·
Ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling
·
Bimbingan dan konseling disekolah
·
Tanggung jawab konselor disekolah
·
Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah
·
Konseling Keluarga
·
Konselor Multidimensial
A. Orientasi Bimbingan dan
Konseling
Orientasi yang dimaksudkan disini
ialah “Pusat Perhatian” atau “Titik Berat Pandangan”. Misalnya, seseorang yang
berorientasi ekonomi dalam ekonomi dalam peergaulan, maka ia akan menitik
beratkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi
yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang lain,
sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat ergaulan sebagai lapangan
tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Layanan orientasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta
didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap
peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta
didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik
dilingkungan yang baru ini.
Materi kegiatan layanan orientasi
menyangkut :
a. Pengenalan lingkungan dan Fasilitas Sekolah
b. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban Siswa
c. Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan
social siswa
d. Kurikulum dan seluruh aspek-aspeknya
e. Peranan kegiatan bimbingan karier
f. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis
masalah dan kesulitan siswa
1.
Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang
Konselor memasuki sebuah kelas, didalam itu ada sejumlah orang siswa. Apakah
yang menjadi titk berat pandangan konselor berkenaan dengan sasaran layanan,
yaitu siswa-siwa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
Semua itu secara keseluruha masing – masing siswa seorang demi seorang?
“Orientasi Perseorangan” Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor
menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual, satu persatu siswa harus
dapat perhatian. Pemahaman konselor yang
baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga,
tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada masing – masing
siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk
keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara
individual harus diperhitungkan.
Berkenaan dengan isu
“Kelompok” atau “Individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat
pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai
lapangan yang dapat memberian pengariuh tertentu terhadap individu dengan kata
lain, kelompok dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan kebahagiaan
individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan terhadapa individu itu sama sekali
tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan
kelompok diletakkan dalam kaitannya hubungan timbal balik yang wajar antar individu dan
kelompoknya. Kepentingan Kelompok dalam arti misalnya keharuman nama citra
kelompok, keseriaan pada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya tidak
akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang
menjadi angota kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan
ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan
individu, apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi
kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun
akan terpenuhi pula. lebih lebih lagi, pelayanan Bimbingan dan Konseling yang
berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun
bertentangan dengan nilai – nilai yang berkembang didalam kelompok sepanjang
nilai – nilai itu sesuai dengan norma – norma umum yang berlaku.
Sejumlah Kaidah yang
berkaitan dengan orientasi perorangan dalam Bimbingan dan Konseling dapat di
catat sebagai berikit :
a. Semua Kegiatan yang
diselenggarakan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan bagi
peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
b. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan
– kebutuhanya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan – kemampuan potensialnya,
yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai
kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kearah pengembangan yang optimal, dan
pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c. Setiap Klien harus
diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual (Rogers, Dalam
McDaniel, 1956).
d. Adalah menjadi tanggung
jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk
menyesuaikan program – program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat
mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan rogram yang sistematis untuk
mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya
program bimbingan (McDaniel, 1956).
Sedangkan Drs. Dewa
Ketut Sukardi, MBA, MM dan Desak P.E Nila Kusmawati, S.Si, M.Si, dalam bukunya
Proses Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Renika Cipta, 2008),
menyikapi keterkaitanya dengan orientasi Pelayanan Individu Bimbingan dan Konseling, bahwa pelayanan
Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli)
mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (Secara Perorangan) dengan guru
pembimbing (Konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan ( Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengentasan berarti memperbaiki,menjadikan,
mengangkat nasib atau keadaan yang kurang baik kepada yang lebih baik) permasalahan
pribadi yang di deritanya. Pelayanan Konseling peroranganmemungkinkan siswa
(Konseli) mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing
(Konselor) ddalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi
utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi
pengentasan.
2. Orientasi Perkembangan
Ketika membahas membahas fungsi – fungsi Bimbingan dan Konseling, telah
dikemukakan salah satu fungsi tersebut adalah fungsi pemeliharaan dan
pengembangan. Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih
menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya
diterjadikan pada individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya
pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secara
tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi initi pelayanan bimbingan. Sejak tahun 1950-an penekanan pada
perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling sejalan dengan konsepsi tugas – tugas
perkembangan yang dicetuskan oleh Havighthurst (Hansesn, dkk., 1976). Dalam hal
itu, peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan kemudahan – kemudahan
bagi gerak individu menjadi alur perkembangannya. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu
bergerak menuju kematangan dalam
perkembangannya.
Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi
perkembangan justru merupakan cri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan.
Perkembangan merupakan konsep initi dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari
segenap layanan Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek
Bimbingan dan Konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung
perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahn yang dihadapi individu harus
diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong
konselor dank lien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu serta
mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara Khusus, Thompson dan Rudolph (1983) melihat perkembangan individu
dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak
berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
(a) Hambatan Egosentrisme, yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain diluar
apa yang dipahaminya.
(b) Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian pada
lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
(c) Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidak mampuan menelusuri alur yang terbalik
dari alur yang di pahami semula.
(d) Hambatan Transformasi, yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada susunan
urutan yang ditetapkan.
Thompson dan Rudolph menekankan bahwa tugas
Bimbingan dan Konseling adalah menangani hambatan – hambatan perkembangan itu.
3. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus,
banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum Bimbingan dan
Konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah
kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan
pastilah mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan
perkembangan, yang sebagainya adalah tujuan Bimbingan dan Konseling, itu dapat
tercapai dengan sebaik baiknya, maka
resiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu di
waspadai. Kawaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang
melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi – fungsi Bimbingan dan Konseling yang telah
dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut – paut dengan fungsi
pencegahan dan funggsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu
dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan
fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami
masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi – fungsi lain, yaitu fungsi
pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga
bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan
individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna
untuk mencegah timbulnya pada diri klien, dan dapat pula bermanfat didalam
upaya pengentasan masalah yang terjadi. Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat
mengarah pada tercegahnya ataupun terentaskannya masalah masalah tertentu.
Dengan demikian konsep orientasi maslah terbentang seluas daerah beroprasinya
fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Jenis Masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos
L. Mooney (dalam Prayinto, 1987) mengedentifikasi 330 masalah yang digolongkan
kedalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan
:
a. Perkembangan Jasmani dan Kesehatan (PJK)
b. Keuangan, Keadaan lingkungan dan Pekerjaan (KLP)
c. Kegiatan Sosial dan reaksi (KSR)
d. Hubungan muda-mudi, Pacaran dan Perkawinan (HPP)
e. Hubungan Sosial Kejiwaan (HSK)
f. Keadaan Pribadi Kejiwaan (KPK)
g. Moral dan Agama (MDA)
h. Keadaan Rumah dan Keluarga (KRK)
i.
Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan (MPP)
j.
Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k. Kurikulum Sekolah dan Prosedur Pengajaran (KPP)
Frekuensi
didalamnya masalah-masalah tersebut juga berariasi. Satu jenis masalah
barangkali lebih banayak dialami, sedangkan jenis masalah lain jarang muncul.
Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi
lingkungan. Disekolah misalnya, frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut
terlihat pada table berikut ini, (Prayinto, 1980):
Tabel
Frekuensi Dialaminya Masalah-Masalah Oeh Siswa SMA
Negeri Sumatra Barat ( N= 405)
No
|
Kelompok Masalah
|
Frekuensi
|
Peringkat (Dalam %)
|
1.
|
PJK
|
91,4
|
8
|
2.
|
KLP
|
97,5
|
2
|
3
|
KSR
|
95,6
|
3,5
|
4.
|
HPP
|
88,6
|
9
|
5.
|
HSK
|
94,3
|
6
|
6.
|
KPK
|
95,6
|
3,5
|
7.
|
MDA
|
94,1
|
5
|
8.
|
KRK
|
97,9
|
10
|
9.
|
MPP
|
98,0
|
1
|
10.
|
PTS
|
94,1
|
7
|
11.
|
KPP
|
86,7
|
11
|
Ternyata dilingkungan Sekolah, frekuensi
dialaminya masalah-masalah tersebut cukup amat tinggi. Orientasi masalah dalam
Bimbingan dan Konseling mewaspadai kemngkinan timbulnya masalah-masalah itu,
tugas Bimbingan dan Konseling adalah membantu individu tersebut mengatasi
masalah-masalahnya itu.
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi dalam Bukunya “Pengantar
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah” (Jakarta:Reinika Cipta, 2008)
secara umum tujuan Penyelenggaraan bantuan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya dalam
hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara positif
dan Dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Binbingan juga
membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan makssud agar peserta
didik mengenal secara objektif lingkungan.
Lebih khusus, untuk
mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah
mencakup upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi, Bimbingan
Sosial, Bimbingan Belajar dan bimbingan karier.
1. Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Dalam Bimbingan Pribadi, membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
maha esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang
bimbingan social, membantu siswa mengenal dan berhubunghan dengan lingkungan
social yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan
kenegaraan. Bimbingan Pribadi-Soaial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan
batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam dirinya sendiri
dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu
seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan
sesama diberbagai lingkungan (Pergaulan Social). (W.S. Winkel, 1992:127)
Dalam bidang ini dapat dirinci menjadi Pokok-pokok
berikut:
1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan alam beriman dan
bertakwa terhadap tuhan yang maha esa.
2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan mengembangkannya untuk
kegiata-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari hari
maupun peranan dimasa depan.
3. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan
mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya.
5. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
6. Pemantapan kemampuan megarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah
diambilnya.
7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelengaraan hidup sehat, baik secara
rohaniah maupun jasmaniah.
Dalam bidang Bimbingan social, bidang ini
dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan
secara efektif.
2. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara Dinamis, kreatif dan produktif.
3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dalam hubungan social, baik di rumah,
di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata karma,
sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang
berlalu.
4. Pemantapan hubungan yang Dinamis, harmonis dan produktif dengan teman
sebaya, baik di sekolah yang sama, disekolah yang lain, di luar sekolah, maupun
di masyarakat pada umumnya.
5. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya
pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
6. Orientasi tentang hiddup berkeluarga.
2. Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, membantu siswa
mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi. Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam menemukan
cara belajar yang tepat dalam memillih program studi yang sesuai dan dalam
mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan
brelajar di suatu instansi pendidikan.
Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta
produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap
terhadap guru dan nara sumber lainnnya, mengerjakan tugas mengembangkan
keterampilan dan menjalani program penilaian.
b. Pemantapan system belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun
berkelompok.
c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan
perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondidi fisik, social, dan budaya yang
ada dilingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan
keterampilan dan pengembangan diri.
e. Orientasi di perguruan tinggi.
3. Bidang Bimbingan Karier
Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan
diri mengahadapi dunia pekerjaan, dalak memilih lapangan pekerjaan atau
jabatan/profesi tertentu serta membekali dirinya supaya siap memangku jabatan
itu, dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan
yang telah dimasuki. (W.S. Winkel, 1997:139)
Dalam bidang bimbinga karier membantu siswa
merencanakan dan mengembangkan masa depan karier. Bidang ini dapat dirinci
menjadi pokok-pokok berikut:
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak
dikembangkan.
b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier
yang dikembangkan.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi. Khususnya
sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. RANGKUMAN
Orientasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki
konsel, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli dilingkungan
yang baru. Tujuan pelayanan orientasi ditunjukkan untuk siswa baru dan untuk
pihak – pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan
penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang
baru dimasuki.
Konsep-Konsep Pokok orientasi Bimbingan dan Konseling
sebagai berikut:
·
Orientasi Perorangan (Individu)
·
Orientasi Perkembangan
·
Orientasi Permasalahan
·
Ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling
·
Bimbingan dan konseling disekolah
·
Tanggung jawab konselor disekolah
·
Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah
·
Konseling Keluarga
·
Konselor Multidimensial
Sedangkan Ruang lingkup
Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut :
·
Bidang Bimbinga Pribadi Sosial
·
Bidang Bimbingan Belajar
·
Bidang Bimbingan Karier
B. SARAN-SARAN
Alhamdulillah berkat pertolongan Allah yang maha Esa,
akhirnya penullis bisa menyelesaikan tugas makalah Orientasi dan ruang lingkup
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Terkait dengan Penulisan Makalah Orientasi
dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Penulis sangat
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya, dari itu
penulis sangat berharap kritik Konstruktif dan improvement kapada semua
pembaca umumnya dan Dosen Pengajar Bimbingan dan Konseling di Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Surabaya, yaitu Bapak. Abd. Wahab, M.E.I,
khususnya. baik itu dari penulisan, keabsahan data maupun sumber refrensi yang
mendukung. Karena penulis sangat menyadari bahwa penulis masih dalam tahap
belajar untuk lebih baik dalam segala hal, semoga kedepannya lebih baik. Amin.
Tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terimakasih terhadap semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, Jazakumullhu Khairol Jaza’ Waahsanah. Penulis
berharap semoga Makalah ini bermanfaat dan bisa
menambah Khsanah Keilmuan di Bidang Bimbingan dan Konseling terhadap
penulis khususnya dan kepada pembaca yang budiman umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prayitno, H. dan Amti Erman. (2004). Dasar – Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Sukardi, Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
5. Winkel, S.J., W S. dan Sri Hastuti M.M. (2004). Bimbingan dan Konseling
Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.