This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 25 April 2014

FIQIH MUHAMMADIYAH

Bagi yang ingin mempunyai Fiqih Muhammadiyah Asli, ini saya berikan. Fiqih ini Asli Tulisan KH. Achmad Dahlan, Menggunakan Bahasa Jawa Kuno. bagi yang berminat, Silahkan di Download di sini

ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Istilah  Bimbingan dan Koseling  sudah sangat Populer dewasa ini, bahkan sangat penting peranannya dalam system pendidikan kita. Ini semuanya terbukti karena Bimbingan dan Konseling telah dimasukkan dalam Kurikulum dan bahkan merupakan cirri khas dari kurikulum SMP dan SMA/SMK tahun 1975, 1984, 1994, 2004, dan KTSP di Seluruh Indonesia.
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponin dari pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadiannya menyangkut masalah prilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiki seseorang merupakan sauatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.[1]
Pada masa sebelumnya (atau mungkin masa sekarangpun, dalam prakteknya masih ditemukan) bahwa penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling cenderung bersifat klinis-therapeutis atau menggunakan pendekatan kuratif, yakni hanya berupaya menangani para peserta didik yang bermasalah saja. Padahal kenyataan di sekolah jumlah peserta didik yang bermasalah atau berperilaku menyimpang mungkin hanya satu atau dua orang saja. Dari 100 orang peserta didik paling banyak 5 hingga 10 (5% - 10%). Selebihnya, peserta didik yang tidak memiliki masalah (90% -95%) kerapkali tidak tersentuh oleh layanan bimbingan dan konseling. Akibatnya, bimbingan dan konseling memiliki citra buruk dan sering dipersepsi keliru oleh peserta didik, guru bahkan kepala sekolah.
Ada anggapan bimbingan dan konseling merupakan “Polisi Sekolah”, tempat menangkap, merazia, dan menghukum para peserta didik yang melakukan tindakan indisipliner.
Anggapan lain yang keliru bahwa bimbingan dan konseling sebagai “Keranjang Sampah” tempat untuk menampung semua masalah peserta didik, seperti peserta didik yang bolos, terlambat SPP, berkelahi, bodoh, menentang guru dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti itu sebenarnya dapat diantisipasi dan diatasi oleh para guru mata pelajaran atau wali kelas dan tidak perlu diselesaikan oleh guru Pembimbing/Konselor.[2]
            Dari hal itu sangatlah gamblang dan jelas bahwasannya, perlu adanya rumusan rumusan dan ruanglingkup serta orientasi yang jelas dari Bimbingan dan Koseling (BK) karena diakui atau tidak Bimbingan dan Koseling  merupakan salah satu hal yang urgent dalam konteks Dunia Pendidikan di manapun, tapi mungkin metodenya juga disesuaian dangan taraf dan Problem yang tersandung pada Klaien. Dalam hal ini kemampuan Konselor juga sangat dituntut seprofesional mungkin, mengingat Klaien yang akan di Bimbing dan di Konsol mempunyai Delematika dan Masalah yang berbeda beda, dalam hal ini Konselor adalah orang yang bertanggung jawab pertama kali di area sekolah atau di Institusi, sehingga anggapan dan hopotesia yang berkembang akan Bimbingan dan Koseling  di mata peserta Didik sebagai tempat yang “Menyeramkan” akan lamabat laun mulai terkikis setidaknya dapat diminimalisir.
            Golongan Masyarakat yang mendapat perhatian utama dalam gerakan Bimbingan ialah generasi muda. Kenyataan ini tidak mengherankan karena terutamalah generasi muda yang menghadapi tugas mengembangkan diri disemua aspek kehidupannya. Beraneka lembaga pendidikan sekolah bertugas menghadapi generasi muda dalam menyelesaikan tugas mengembangkan dirinya[3].
            Dalam kaitannya Bimbingan dan Koseling  dengan institusi dan sekolah sekolah, baik itu formal ataupun non formal akan sangat berdampak terhadap nilai nilai yang nantinya akan tertanam dalam sanubari perserta didik, karena sebagaimana kita ketahui bahwa Output dari Institusi atau sekolah sekolah yang akan meneruskan estafet bangsa kita “Himmatur Rijal Tuhkrikul Jibal”, inilah perlunya akan Bimbingan dan Koseling  dan Konseling, sehingga segala aspek dan hal hal yang terkait dengan Bimbingan dan Koseling  sangatlah penting, termasuk kejelasan Ruang lingkup serta Orientasi-orientasinya. Seburuk dan seberat apapun Problematia yang di alami peserta didik pada akhirnya para Konselor harus sedikit menengadahkan hatinya bahwasannya Manusia itu pada Dasarnya adalah mahluk Pedagogik. Innama Yakhruju Minal Qolbi  Yadkhulu Alal Qolbi.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan bebrapa factor serta kajian secara factual dalam  latar belakang diatas, maka perlu adanya konsep serta rumusan masalah yang jelas seraya berkesinambungan terkait dengan Judul makalah yang kami angkat, yaitu Orientasi Orientasi dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah, maka dari itu penulis tertarik untuk merumuskan hal hal yang berkaitan dengan judul makalah tersebut sebagaimana berikut ;
a.       Bagaimanakah Orientasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?
b.      Bagaimanakah Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah ?

C.      TUJUAN PENULISAN
Tujuan Penulisan Makalah ini diharapkan unutuk ;
a.       Untuk mengetahui Orientasi Orientasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
b.      Untuk mengetahui Ruang lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah.







BAB II
PEMBAHASAN
            Pelayanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan terhadap sasaran layanan, baik dalam format individual maupun kelompok. Yang sering menjadi pertanyaan ialah hal hal apakah yang menjadi pusat perhatian atau titik berat pandangan Konselor dalam menyelenggarakan Bimbingan dan Konseling itu ? Hal inilah yang menimbulkan konseptentang Orientasi Bimbingan dan Konseling. Dalam bab ini dibahas tiga orientasi, yaitu orientasi perorangan, orientasi perkembangan, dan orientasi permasalahan.
            Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki konsel, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli dilingkungan yang baru. Tujuan pelayanan orientasi ditunjukkan untuk siswa baru dan untuk pihak – pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki[4].
            Dalam hal ini  Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed  dan Drs. Erman Amti dalam Bukunya Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 2004, sangatlah Komprehensip dalam merumuskan titik Point Orientasi – Orientasi serta ruang lingkup Bimbingan dan Konseling, tidak ketingglan pula akan membicarakan ruang lingkup kerja Bimbingan dan Konseling, yaitu daerah tempat dilaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan dengan orientasi perorangan, perkembangan dan permasalahan itu diselenggarakan didalam ruang lingkup Sekolah dan diluar Sekolah[5].  
            Lebih lanjut,  Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed  dan  Drs. Erman Amti lebih menjabarkan lagi akan ulasan tentang Orientasi dan ruang lingkup Bimbingan dan konseling di Sekolah dengan beberapa Konsep – Konsep Pokok sebagai berikut :  


Konsep – Konsep Pokok
            Konsep-Konsep Pokok yang perlu dipahami dan didalami lebih lanjut sebagai berikut :
·         Orientasi Perorangan (Individu)
·         Orientasi Perkembangan
·         Orientasi Permasalahan
·         Ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling
·         Bimbingan dan konseling disekolah
·         Tanggung jawab konselor disekolah
·         Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah
·         Konseling Keluarga
·         Konselor Multidimensial[6]
A.      Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksudkan disini ialah “Pusat Perhatian” atau “Titik Berat Pandangan”. Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam ekonomi dalam peergaulan, maka ia akan menitik beratkan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang lain, sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat ergaulan sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Layanan orientasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik  dan pihak-pihak lain  yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan  (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru ini.
Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut :
a.       Pengenalan lingkungan dan Fasilitas Sekolah
b.      Peraturan dan hak-hak serta kewajiban Siswa
c.       Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan social siswa
d.      Kurikulum dan seluruh aspek-aspeknya
e.       Peranan kegiatan bimbingan karier
f.       Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa[7]
1.        Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang Konselor memasuki sebuah kelas, didalam itu ada sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titk berat pandangan konselor berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siwa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua itu secara keseluruha masing – masing siswa seorang demi seorang? “Orientasi Perseorangan” Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara          individual, satu persatu siswa harus dapat  perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada masing – masing siswa. Kondisi keseluruhan (kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.
Berkenaan dengan isu “Kelompok” atau “Individu”, konselor memilih individu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberian pengariuh tertentu terhadap individu dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan terhadapa individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya hubungan timbal  balik yang wajar antar individu dan kelompoknya. Kepentingan Kelompok dalam arti misalnya keharuman nama citra kelompok, keseriaan pada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi angota kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu, apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula. lebih lebih lagi, pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai – nilai yang berkembang didalam kelompok sepanjang nilai – nilai itu sesuai dengan norma – norma umum yang berlaku[8].
Sejumlah Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam Bimbingan dan Konseling dapat di catat sebagai berikit :  
a.       Semua Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan – kebutuhanya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan – kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kearah pengembangan yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c.       Setiap Klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual (Rogers, Dalam McDaniel, 1956).
d.      Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program – program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan rogram yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan (McDaniel, 1956)[9].
Sedangkan Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA, MM dan Desak P.E Nila Kusmawati, S.Si, M.Si, dalam bukunya Proses Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Renika Cipta, 2008), menyikapi keterkaitanya dengan orientasi Pelayanan Individu Bimbingan dan Konseling, bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (Secara Perorangan) dengan guru pembimbing (Konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan ( Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengentasan berarti memperbaiki,menjadikan, mengangkat nasib atau keadaan yang kurang baik kepada yang lebih baik) [10] permasalahan pribadi yang di deritanya. Pelayanan Konseling peroranganmemungkinkan siswa (Konseli) mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing (Konselor) ddalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan[11].

2.      Orientasi Perkembangan
Ketika membahas membahas fungsi – fungsi Bimbingan dan Konseling, telah dikemukakan salah satu fungsi tersebut adalah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya diterjadikan pada individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Menurut Myrick (dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi initi pelayanan bimbingan.  Sejak tahun 1950-an penekanan pada perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling sejalan dengan konsepsi tugas – tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighthurst (Hansesn, dkk., 1976). Dalam hal itu, peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan kemudahan – kemudahan bagi gerak individu menjadi alur perkembangannya. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam  perkembangannya.
Ivey dan Rigazio Digilio (dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan cri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan konsep initi dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek Bimbingan dan Konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahn yang dihadapi individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dank lien bekerja sama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara Khusus, Thompson dan Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
(a)    Hambatan Egosentrisme, yaitu ketidak mampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
(b)   Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
(c)    Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidak mampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang di pahami semula.
(d)   Hambatan Transformasi, yaitu ketidak mampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson dan Rudolph menekankan bahwa tugas Bimbingan dan Konseling adalah menangani hambatan – hambatan perkembangan itu[12].
3.      Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum Bimbingan dan Konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagainya adalah tujuan Bimbingan dan Konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik  baiknya, maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu di waspadai. Kawaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi – fungsi Bimbingan dan Konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut – paut dengan fungsi pencegahan dan funggsi pengentasan.  Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi – fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya pada diri klien, dan dapat pula bermanfat didalam upaya pengentasan masalah yang terjadi. Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahnya ataupun terentaskannya masalah masalah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi maslah terbentang seluas daerah beroprasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Jenis Masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney (dalam Prayinto, 1987) mengedentifikasi 330 masalah yang digolongkan kedalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
a.       Perkembangan Jasmani dan Kesehatan                            (PJK)
b.      Keuangan, Keadaan lingkungan dan Pekerjaan               (KLP)
c.       Kegiatan Sosial dan reaksi                                                (KSR)
d.      Hubungan muda-mudi, Pacaran dan Perkawinan             (HPP)
e.       Hubungan Sosial Kejiwaan                                               (HSK)
f.       Keadaan Pribadi Kejiwaan                                               (KPK)
g.      Moral dan Agama                                                             (MDA)
h.      Keadaan Rumah dan Keluarga                                         (KRK)
i.        Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan                           (MPP)
j.        Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah                       (PTS)
k.      Kurikulum Sekolah dan Prosedur Pengajaran                  (KPP)
            Frekuensi didalamnya masalah-masalah tersebut juga berariasi. Satu jenis masalah barangkali lebih banayak dialami, sedangkan jenis masalah lain jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi lingkungan. Disekolah misalnya, frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut terlihat pada table berikut ini, (Prayinto, 1980):        
Tabel
Frekuensi Dialaminya Masalah-Masalah Oeh Siswa SMA
Negeri Sumatra Barat ( N= 405)

No
Kelompok Masalah
Frekuensi
Peringkat (Dalam %)
1.
PJK
91,4
8
2.
KLP
97,5
2
3
KSR
95,6
3,5
4.
HPP
88,6
9
5.
HSK
94,3
6
6.
KPK
95,6
3,5
7.
MDA
94,1
5
8.
KRK
97,9
10
9.
MPP
98,0
1
10.
PTS
94,1
7
11.
KPP
86,7
11

Ternyata dilingkungan Sekolah, frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut cukup amat tinggi. Orientasi masalah dalam Bimbingan dan Konseling mewaspadai kemngkinan timbulnya masalah-masalah itu, tugas Bimbingan dan Konseling adalah membantu individu tersebut mengatasi masalah-masalahnya itu[13].







B.     Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi dalam Bukunya “Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah” (Jakarta:Reinika Cipta, 2008)
secara umum tujuan Penyelenggaraan bantuan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara positif dan Dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Binbingan juga membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan makssud agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan.
            Lebih khusus, untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah mencakup upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi, Bimbingan Sosial, Bimbingan Belajar dan bimbingan karier.
1.      Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Dalam Bimbingan Pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan social, membantu siswa mengenal dan berhubunghan dengan lingkungan social yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bimbingan Pribadi-Soaial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (Pergaulan Social). (W.S. Winkel, 1992:127)
Dalam bidang ini dapat dirinci menjadi Pokok-pokok berikut:
1.      Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan alam beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa.
2.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan mengembangkannya untuk kegiata-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari hari maupun peranan dimasa depan.
3.      Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4.      Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
5.      Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
6.      Pemantapan kemampuan megarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
7.      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelengaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
Dalam bidang Bimbingan social, bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1.      Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2.      Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara Dinamis, kreatif dan produktif.
3.      Pemantapan kemampuan bertingkah laku dalam hubungan social, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlalu.
4.      Pemantapan hubungan yang Dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, disekolah yang lain, di luar sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya.
5.      Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
6.      Orientasi tentang hiddup berkeluarga.






2.      Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam menemukan cara belajar yang tepat dalam memillih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan brelajar di suatu instansi pendidikan.
Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :
a.       Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnnya, mengerjakan tugas mengembangkan keterampilan dan menjalani program penilaian.
b.      Pemantapan system belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok.
c.       Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
d.      Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondidi fisik, social, dan budaya yang ada dilingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri.
e.       Orientasi di perguruan tinggi.








3.      Bidang Bimbingan Karier
Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri mengahadapi dunia pekerjaan, dalak memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali dirinya supaya siap memangku jabatan itu, dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. (W.S. Winkel, 1997:139)
Dalam bidang bimbinga karier membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karier. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
a.       Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
b.      Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang dikembangkan.
c.       Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d.      Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi. Khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.














BAB III
PENUTUP
A.    RANGKUMAN
            Orientasi yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki konsel, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli dilingkungan yang baru. Tujuan pelayanan orientasi ditunjukkan untuk siswa baru dan untuk pihak – pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.
            Konsep-Konsep Pokok orientasi Bimbingan dan Konseling sebagai berikut:
·         Orientasi Perorangan (Individu)
·         Orientasi Perkembangan
·         Orientasi Permasalahan
·         Ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling
·         Bimbingan dan konseling disekolah
·         Tanggung jawab konselor disekolah
·         Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah
·         Konseling Keluarga
·         Konselor Multidimensial
Sedangkan Ruang lingkup Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut :
·         Bidang Bimbinga Pribadi Sosial
·         Bidang Bimbingan Belajar
·         Bidang Bimbingan Karier







B.     SARAN-SARAN
            Alhamdulillah berkat pertolongan Allah yang maha Esa, akhirnya penullis bisa menyelesaikan tugas makalah Orientasi dan ruang lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Terkait dengan Penulisan Makalah Orientasi dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Penulis sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya, dari itu penulis sangat berharap kritik Konstruktif dan improvement kapada semua pembaca umumnya dan Dosen Pengajar Bimbingan dan Konseling di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Surabaya, yaitu Bapak. Abd. Wahab, M.E.I, khususnya. baik itu dari penulisan, keabsahan data maupun sumber refrensi yang mendukung. Karena penulis sangat menyadari bahwa penulis masih dalam tahap belajar untuk lebih baik dalam segala hal, semoga kedepannya lebih baik. Amin.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih terhadap semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, Jazakumullhu Khairol Jaza’ Waahsanah. Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat dan bisa  menambah Khsanah Keilmuan di Bidang Bimbingan dan Konseling terhadap penulis khususnya dan kepada pembaca yang budiman umumnya. Amin.















DAFTAR PUSTAKA

1.      Prayitno, H. dan Amti Erman. (2004). Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
2.      Sukardi, Dewa Ketut, dan Kusmawati, Desak Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
3.      Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
4.      Sarkomkar. (2009). Orientasi Baru Bimbingan Dan Konseling. http://sarkomkar.blogspot.com. html. 28 Oktober 2012.
5.      Winkel, S.J., W S. dan Sri Hastuti M.M. (2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
6.      Kbbi Android 3.0.1 by yuku 2009-2012, www.kejut.com/kbbimobile App icon oluss.com, Data Kamus Hak Cipta © 2008 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. v3.0.1 (15)




[1] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksannaan Program Bimbingan Dan Konseling di Sekolah,(Jakarta:Rineka Cipta, 2008), 1
[2] Sarkomkar. 2009. Orientasi Baru Bimbingan Dan Konseling. http://sarkomkar.blogspot.com. html. diakses pada 28 Oktober 2012
[3] W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), 42
[4] Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008) 56
[5] H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), 233
[6] Ibid., 234.
[7] Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah ….., 60-61
[8] H. Prayitno dan Erman Amti Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling ………, 234 – 235.
[9] Ibid.,235-236
[10]  Kbbi Android 3.0.1 by yuku 2009-2012, www.kejut.com/kbbimobile App icon oluss.com, Data Kamus Hak Cipta © 2008 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. v3.0.1 (15)
[11] Dewa Ketut, Desak P.E, Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah....., 62
[12] H. Prayitno, Erman Amti, Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling ……..,236 - 237
[13] Ibid., 237-239